Semprotka Ayah dan Pedihnya Kita Berjauhan

Semprotka Ayah dan Pedihnya Kita Berjauhan

Semprotka ayah. Teriakan sayup terdengar. Minta disemprot, bukan semprot amarah. Tapi ternyata minta disemprot desinfektan.

Semprotan semacam ini menjadi keharusan dimana-mana. Entas di fasilitas sosial, perkantoran maupun berbagai tempat seperti di perbatasan antar kabupaten.

Tak heran, cairan semacam ini menjadi trend dan langka di pasaran. Tak hanya desinfektan, tapi juga menjadi barang buruan seperti masker, hand sanitizer dan lainnya yang berkaitan dengan virus Covid-19.

Masker akhirnya banyak diburu warga karena ketakutan tertular virus Covid-19. Penyebaran yang dianggap paling memungkinkan adalah melalui droplet alias percikan batuk dan bersin dari pasien yang positif Covid-19.

Untuk mencegah penyebaran dan menulari orang lain, WHO dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia pun menghimbau agar pasien dan mereka yang terindikasi menggunakan masker. Hanya saja himbauan penggunaan masker ini juga diikuti oleh banyakan orang yang tidak terjangkit.

Permintaan akan masker pun meningkat drastis. Kejadian ini jelas menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Wabah corona menjadi sangat mungkin meraup keuntungan yang lebih banyak.

Harga masker yang biasanya perlembar dijual Rp2.000 an, kini harganya telah melonjak hingga 5 hingga 10 kali lipat.

Selain masker, produk kesehatan lain seperti hand sanitizer juga sempat menghilamg. Sama seperti masker, harga jual hand sanitizer juga sempat melambung puluhan kali lipat.

Kini, kita berharap agar corona cepat berlalu. Kita tahu bahwa kita dalam kondisi cemas yang berlebihan. Cemas tertular virus Covid-19 dan cemas dalam perekonomian.

Cukuplah kita belajar dari musibah ini bahwa Corona mengajarkan kita, betapa pedihnya kita berjauhan.

Betapa tersiksanya kita tak berpegangan tangan. Dulu kita telah berjabat tangan dengan erat saat bersua, dan kini semakin sulit. Kita saling curiga tentang siapa diantara kita menjadi kurir Virus Covid-19. Entahlah. Dan kita yakini, Corona pasti berlalu.

Oleh: Bahtiar Parenrengi

[xyz-ips snippet=”VOVID-19″]

Semprotka Ayah dan Pedihnya Kita Berjauhan

Loading...

Pos terkait

Comment