CAKRAWALAINFO.COM – MAKASSAR: Berangkat dari keprihatin melihat rendahnya tingkat produksi yang berdampak pada minimnya penghasilan masyarakat pembudidaya, munculah sebuah gagasan inovasi teknologi sebagai upaya stabilisasi oksigen terlarut dalam air tambak secara merata di permukaan, pertengahan, maupun di dasar tambak.
Adapun, tujuannya tersebut agar dapat membantu keberlangsungan hidup udang vaname, sehingga menekan angka kematian udang.
Salah seorang Penyuluh Perikanan asal Kabupaten Wajo, Bakhtiar menciptakan inovasi sebuah alat vanamerator yang merupakan alat pengganti kincir alternatif bagi lokasi tambak yang tidak memiliki jaringan listrik, bernama Vanamerator Hebat Tradisional.
Hal tersebut sejalan dengan kebijakan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, guna mendorong upaya pengembangan riset dan inovasi untuk kesejahteraan masyarakat.
Berkat inovasinya tersebut, Bakhtiar mendapat penghargaan yang diserahkan langsung oleh Plt. Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman pada rangkaian kegiatan Launching Knowledge Management Repository dalam Replikasi Inovasi Pelayanan Publik dan Pembukaan Kompetisi Replikasi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021, di Makassar.
Plt. Gubernur Sulsel A Sudirman Sulaiman menyampaikan, pihaknya akan mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui gerakan satu instansi satu inovasi one agency one innovation.
“Semua sentra inovasi bisa dijadikan percontohan pengembangan dan mereplikasi inovasi khususnya inovasi yang sudah masuk TOP 30 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan,” katanya.
Ia pun menilai, inovasi ini mampu membuka peluang kerja sebanyak 1.000 orang dibandingkan sebelumnya yang hanya dapat mempekerjakan sebanyak 400 orang.
Diketahui, Vanamerator Hebat Tradisional telah diaplikasikan di lokasi tambak Kecamatan Keera yang lokasinya belum tersedia jaringan listrik.
Sedikitnya, enam Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yakni Pokdakan Tappae, Pokdakan Cillange, Pokdakan Malluse Empan, Pokdakan Malluse Tasi, Pokdakan Mattiro Bulu Watti, dan Pokdakan Malluse Empan, pun telah mengaplikasikan alat ini
Menurut, Bakhtiar salah satu penerima penghargaan TOP 30 Inovasi menjelaskan kondisi yang serba sulit di tengah pandemi Covid-19 bukanlah waktu untuk berpangku tangan, ia jadikan keadaan ini sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.
“Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya udang vaname sebelumnya adalah penyediaan oksigen terlarut dalam air masih mengandalkan kondisi alam sehingga mengakibatkan tingkat kematian udang mencapai 50 persen per hektare per panen,” jelasnya.
“Kondisi ini menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas hanya berkisar 250 kilogram per hektare per panen dan berdampak pada rendahnya penghasilan pembudidaya yang masih berkisar 9,5 juta rupiah per panen. Selain itu produksi udang yang dihasilkan di dalam 1 kg berkisar 100 sampai 120 ekor per kilogram dengan harga 38 ribu hingga 42 ribu rupiah per kilogram,” sambungnya.
Lebih lanjut, Bakhtiar menambahkkan bahwa alat vanamerator ini berfungsi menyediakan oksigen terlarut dalam air yang membantu keberlangsungan kehidupan udang vaname.
Alat ini dibuat dengan rangkaian pipa paralon yang dirakit secara paralel dan dihubungkan ke selang spiral dengan mesin pompa air dan ujungnya, lalu memasukkan vanamerator ke media air tambak.
Vanamerator tidak perlu dinyalakan terus menerus, hanya pada saat dini hari atau dalam keadaan cuaca mendung dimana diperkirakan tambak dalam keadaan kekurangan oksigen, dibandingkan dengan penggunaan kincir yang harus menyala secara terus menerus.
“Sejak pemakaian alat vanamerator hebat ini, terbukti mampu menyediakan oksigen terlarut di dalam tambak sehingga tingkat kematian udang vaname menurun menjadi 35 persen. Nilai tambah dan keunggulan inovasi ini adalah tingkat produksi bisa mencapai 430 kilogram per hektare per panen pada penebaran 50 ribu ekor per hektare. Produksi udang juga meningkat 60 sampai 70 ekor sudah mencapai 1 kilogram dengan peningkatan pendapatan dari 9,5 juta per hektare per panen menjadi 28 juta per hektare per panen,” tambahnya.
Terpisah, Ketua Pokdakan Labuleng Syamsu Alam mengatakan, Pokdakan binaannya yang terletak di Kecamatan Sajoanging, Kabupaten Wajo tersebut merasakan banyaknya manfaat dengan diterapkannya teknologi ini.
“Kami sangat bersyukur selalu didampingi oleh Pak Bachtiar selaku penyuluh perikanan di Kabupaten Wajo. Adanya Vanemerator Hebat Tradisional mampu mengatasi berbagai permasalahan di lokasi tambak kami yang minim listrik. Penggunaan listrik pun akan memakan biaya yang mahal. Adanya teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas tambak sehingga berdampak terhadap perekonomian warga Sajoanging,” akuinya.
Untuk diketahui, Bakhtiar meraih penghargaan Top 30 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021 tingkat Provinsi Sulsel, kategori pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Dan Ia sendiri merupakan penyuluh perikanan pada Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros di bawah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Laporan: Ani Hammer
Comment