Membayar Hukum di Bisnis Haram “TANAH MERAH” Kolaka Utara

Membayar Hukum di Bisnis Haram "TANAH MERAH" Kolaka Utara

Membayar Hukum di Bisnis Haram ” TANAH MERAH ” Kolaka Utara
Oleh: Suparman F Sinniq, SH

Satu dasawarsa yang lalu sebagian sahabat menjuluki Kolaka utara dengan sepenggal surga di utara teluk bone karena menyimpan pesona alam yang begitu menawan , kini lambat laun hilang seiring dengan maraknya penambangan ore nickel secara illegal di daerah ini.

Di rusaknya alam dengan melubangi kemudian membiarkannya begitu saja, Eksploitasi di lakukan dengan sadis karena hanya sebuah ambisi menjadikan Indonesia tengah khususnya Sulawesi sebagai Kota industri baru.

Aktifitas Tambang yang telah menciptakan kubangan maut sejumlah korban meregang nyawa melayang dengan sia-sia, perjalanan ore nikel ini membawanya merusak habitat laut akibat pelabuhan illegal di buat serampangan di pesisir pantai dengan merusak terumbu karang, yang jadi korban adalah mereka nelayan yang jalan hidupnya selalu membalik waktu: saat kita tidur mereka berlayar.

Nasib mereka kini di balik oleh tongkang pengangkut ore nickel , hutan yang tadinya sebagai penyangga kehidupan sudah tanpa status lagi apakah masih hutan lindung atau hutan produksi terbatas semua sudah di gundulkan , kehidupan generasi dan masyarakat kecil di sekitar tambang makin terancam bagai api dalam sekam dengan adanya potensi konflik pro dan kontra antar warga sekitar tambang.

Para Pengusaha di bisnis ini hanya berpikir untung saja tak ada upaya sedikitpun untuk mengeliminir dampak lingkungan dan sosial yang di akibatkan oleh operasi perusahaannya

Pidato Jokowi sebagai calon presiden saat kampanye pilpres yang lalu seperti jadi kilas balik pemicu sebuah ambisi yang bertajuk menuju Indonesia Maju, bicaranya ringan, enteng kalau semua itu jangan di kuatirkan. . Bisnis menjijikan inilah yang di jadikan pelumas sistem politik hari ini.

Sementara Jeritan pilu para petani yang sumber penghasilannya dari perkebunanan seperti Lada, kakao, Cengkeh, Kopra, jambu mete , pala dll akibat harga jual yang rendah tak lagi di dengar dan di pedulikan oleh penguasa negri .

Loading...

Pos terkait

Comment