Tak ada biaya berobat, “TOMI” Warga Desa Lambai Terbaring selama setahun karena TBC Usus

Tak ada biaya berobat, "TOMI" Warga Desa Lambai Terbaring selama setahun karena TBC Usus

CAKRAWALAINFO.COM –  KOLAKA UTARA: Sungguh malang nasib yang dialami Tomi kurniawan(16) salah satu pelajar kelas 2 Sekolah Madrasya Aliyah Lambai yang merupakan warga Desa Lambai kecamatan Lambai, kabupaten Kolaka Utara provensi Sulawesi tenggara yang mengalami Penyakit Usus Buntu Selama Satu Tahun.

Tomi Kurniawan anak ke 5 dari pasangan bapak Mahadini (51) dan istri Kartini (41). yang hanya berprofesi sebaagai seorang buruh tani yang hidupnya sangat susah.

Tomi hanya bisa terbaring di tempat tidur kecil dari kayu di rumah reok yang terbuat dari papan kayu dan berlantai tanah karena orang tuanya hanya mengandalkan hidup dari hasil buruh tani.

”Awal mulanya, dia operasi usus buntu, selama satu tahun pulih, tiba-tiba perutnya membengkak lalu dia dibawah kerumah sakit DJAFAR HARUN Lasusua Kolaka Utara, untuk diperiksa namun dokter menyarankan agar dilakukan tindakan operasi kembali,” Mahadini Ibu Tomi saat di temui di kediamannya. Rabu ( 29/04/2020)

Lanjut Kata Mahadini, pada saat dioperasi di temukan benjolan di usus, Lalu dokter mengambil benjolan tersebut untuk dikirim ke leb Makassar guna dicek. Setelah operasi selesai, pasien Tomi kurniawan menginap di ruangan ICU selama seminggu kemudian di pindahkan di ruang Nginap (bangsal umum) kurang lebih satu bulan di rawat, ia di izinkan untuk pulang.

”Selama 10 hari di rumah, tiba -tiba saja di bekas luka oprasinya keluar nanah, pada saat itu jam 10 pagi Lalu kami langsung bawah kepuskesmas lambai, karena Luka operasinya masih mengeluarkan cairan, kemudian jam 17.00. Ia dirujuk lagi ke Rumah Sakait DJAFAR HARUN Lasusua,” Terang Mahadini.

Sampai di Rumah Sakit ia dirawat kurang lebih dua minggu sambil menunggu hasil leb dari Makassar, pada saat hasil leb keluar dinyatakan bahwa dia TBC USUS, tapi obatnya tidak tersedia di rumah sakit pada saat itu, lalu dokter menyarankan agar dilakukan lagi tindakan operasi, tetapi pihak keluarga kami meminta rujukan Ke RSUD BAHTERAMAS.

Dua hari sebelum berangkat obat TBC ususnya sudah ada. Pada saat berangkat, pasien tetap dibekali obat TBC tersebut. Setelah tiba di RSUD BAHTERAMAS provinsi, dan di rawat obat tbc-nya diganti oleh dokter RSUD Bahteramas, lalu pasien dirawat kurang lebih satu bulan.

Pada saat itu dokter, menawarkan tindakan operasi lagi untuk membuat pembuangan samping, kami menyampaikan pada pasien untuk melakukan tindakan operasi tetapi pasien sudah lelah dengan operasi karna kemungkinan dampak operasi pembuangan samping mungkin akan dijalani seumur hidup.

Akhirnya kami membawa pasien pulang ke kediaman kami (Desa lambai) dan dirawat sendiri. Resep obat dari rumah sakit bahteramas tetap di konsumsi selama enam bulan kami membeli sendiri obat itu di apotik kolaka adapun kondisi perut yang terbelah, alhamdulillah sudah mulai mengecil namun tetap menggunakan kantung kolistomi karna selalu mengeluarkan feses. kantong kolastomi tersebut juga selalu dibeli di apoetik kolaka melalu sopir mobil Angkutan Umum.namun obat yg diminum sekarang ini adalah obat kutuk (pil ikan gabus).

” Kami sangat berharap pemerintah kabupaten kolaka Utara bisa memberikan bantuan pengobatan untuk anak kami, untuk makan saja Susa,apa lagi mau beli obat, semoga Pemda memberikan uluran tangan pada anak kami, Biar Copat Sembuh” ungkap Mahadini sembari meneteskan air matanya..

Laporan: Musriadi

Loading...

Pos terkait

Comment