Kerja, Bukan NATO (catatang pinggir: Bahtiar Parenrengi)

Kerja, Bukan NATO (catatang pinggir: Bahtiar Parenrengi)
Bahtiar Parenrengi

Kerja, Bukan NATO

Catatang Pinggir: Bahtiar Parenrengi

Siang yang terik, tak membuat sebuah pendopo putih terasa panas. Suasana nan sejuk membuat saya betah. Betah ngobrol dengan pemiliknya.

Sesekali pandangan saya tertuju pada beragam tanaman sayur yang berada didepan pendopo. Enak dipandang mata, karena terlihat subur dan hijau.

Inilah cara saya memperkenalkan “rumah pangan”, seloroh pemilik pendopo, A. Asman Sulaiman (Kadis Ketahanan Pangan Bone). Dia tertawa sambil menunjuk beragam sayuran yang telah ditanam dengan areal yang tak begitu luas.

Saya sedikit kaget ketika dia memaksa saya untuk menyambanginya. Jalan yang cukup berkelok diantara sejumlah rumah seolah tak meyakinkan saya untuk mendapatkan suasana sejuk. Tapi kenyataan berkata lain, pendopo yang tak jauh dari rumahnya telah menyodorkan nuansa lain. Berbagai tanaman sayur dipadu dua kolam ikan lele.

***
Siang yang terik, mendatangkan inspirasi. Pikiran saya berkelana, untuk mewujudkan gagasan “rumah pangan”.

Perlu kemauan. Perlu inisiatif. Perlu semangat kerja. Karena tanpa itu, niscaya bisa terwujud. Karena terkadang kita berada pada kondisi ‘manusia pemalas’. Kondisi dimana manusia tak mampu berbuat apa-apa.

Padahal setiap keluarga di Indonesia sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Pemenuhan pangan di antaranya lewat family farming.

Tak heran jika Asman, mengajak kita untuk melakukan Gerakan Ketahanan Pangan. Tak hanya mengajak, tapi Asman memberi contoh. Memberi bukti, dengan mendirikan “Rumah Pangan” diseputaran kediamannya.

Hal lain, yang tak kalah menarik dengan menggandeng kelompok emak-emak untuk melek. Melek atau sadar bahwa pangan bisa berasal dari pekarangan. Sadar bahwa gizi bisa muncul dari pekarangan. Sadar bahwa uang bisa mengalir dari pekarangan.

***
Siang yang terik tak membuat gerah. Secangkir teh tarik dipadukan pisang goreng dan jalangkote, membuat perbincangan terus mengalir.

Gemercik air disamping pendopo menambah suasana kian adem. Sesekali saya melirik ribuan ikan lele yang berada didua kolam yang tak terlalu besar. Rasa ngiler untuk menyantapnya tentu belum bisa terwujud karena belum saatnya dipanen.

Paling tidak, suasana dipendopo pangan itu telah mengobati kerinduan merasakan ikan lele goreng dengan tumis kangkung.

Di pendopo pangan siang itu, telah mengajarkan semangat kerja. Telah menyuntikkan imun, untuk lebih bersemangat bekerja. Salah satunya mewujudkan program
Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak masyarakat Indonesia melakukan Gerakan Ketahanan Pangan Nasional melalui konsep “Pangan dari Pekarangan”.

Sebab dengan begitu, selain bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara swadaya, tak menutup kemungkinan gerakan family farming juga mendukung gerakan lebih besar, yaitu Kemandirian Pangan.

Saya pun teringat kepada sejumlah sahabat yang telah memilih jadi petani. Ada Andi Singke, Andi Haeri, Andi Madeng, Yusuf, Hanuddin dan sejumlah lainnya. Mereka terlihat enjoi dan penuh semangat. Mereka adalah pekerja hebat. Kita juga berharap agar para pejabat kita memiliki semangat kerja. Inovatif serta menyodorkan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. Bukan hanya pintar dan banyak bicara. Kita tidak butuh orang NATO “No Action Talk Only”, tidak bekerja hanya bicara. NATO adalah lawan dari “sedikit bicara banyak kerja” atau “talk less do more”. Semoga

Loading...

Pos terkait

Comment