Baznas, Rembo dan Wiro Sableng

Baznas, Rembo dan Wiro Sableng
Catatan: Hj. Farida Hanafing

Betapa luasnya Kabupaten Bone. Bagaimana tidak, daerah yang terdiri dari 27 kecamatan, 372 desa/kelurahan ini, berbatasan dengan 7 kabupaten.

Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Wajo dan Soppeng. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sinjai dan Gowa. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru.

Salah satu kecamatan yang berbatasan dengan beberapa kabupaten adalah Tellu Limpoe. Daerah ini menjadi salah satu tujuan aksi Baznas Bone.

Beberapa waktu lalu, Pengurus Baznas Kabupaten Bone ke Desa Bonto Masunggu dalam rangka menyerahkan bantuan untuk penderita stunting berupa bantuan konsumtif serta bantuan produktif berupa usaha jualan campuran di rumah.

Tentu tidak mudah menjangkau daerah tersebut. Butuh perjuangan. Untuk bisa sampai di lokasi, Baznas harus melewati beberapa kecamatan di Kabupaten Bone dan juga Kabupaten Barru.

Di sepanjang perjalanan, mata hanya tertuju pada indahnya panorama alam. Pemandangan yang begitu indah dipandang mata. Gunung – gunung yang masih hijau, sungai dengan air yang jernih serta keramahan penduduk yang sempat disapa di perjalanan.

Beberapa orang sempat terlihat sementara memanggul kayu atau membawa hasil kebun. Mereka nampak ramah dan terlihat ceria walau mereka hanya tinggal di gubug tua. Gubuk yang tidak layak huni tentu menjadi perhatian kami.

Walau tidak seberapa, namun Baznas tetap menyerahkan bantuan konsumtif berupa beras, sembako dan telur. Beberapa diantara mereka juga diberi lembaran rupiah sebagai bentuk kepedulian. Kami peduli.

Yang menarik perjalanan Baznas kali ini adalah kegiatan bersama UPZ Polres serta Polsek Tellu Limpoe.
Sejak awal dikawal, dilindungi bahkan bersama – sama melakukan berbagai aktivitas pendistribusian.

Kami menepi di hutan pinus. Rombongan memutuskan untuk sarapan sambil menikmati panorama alam hutan pinus Lapri. Suhu udara masih dingin ketika kami membuka bekal kari ayam, sambal tuna serta buras.

Tak lupa cafe berjalan Baznas, yang selalu siap sedia dengan termos yang airnya super hot. Boleh minum teh atau kopi.
Sungguh nikmat. Secangkir kopi telah menghangatkan badan dan seolah memancing otak untuk terus berpikir positif.

Sarapan pun usai. Bekal kembali dirapikan dan sampah dikumpul lalu dibuang ke tempat sampah. Harus bersih dan tidak meninggalkan jejak sampah. Kebersihan sebahagian dari iman.

***
Untuk mendukung usaha kecil bisa berkembang, Baznas membeli beberapa varian mie instant cup, gogos serta telur asin di pinggiran hutan pinus. Bekal ini tentu sangat membantu saat diperjalanan. Penganan ini menjadi bekal tambahan untuk menjangkau Desa Bontomasunggu.

Perjalanan semakin seru. Tikungan tajam dan menanjak menjadi pelengkap cerita disaat nanti. Karena Tellu Limpoe memang menjadi catatan berat bagi warga kota. Perlahan tapi pasti, medan berat itu harus dilalui. Dan itu sangat terasa bagi “Rambo” (julukan mobil dinas Baznas yang sudah lanjut usia tapi masih bisa digunakan). Rambo terus menanjak dan berhasil melewati rintangan.

Perjalanan bersama Rambo cukup mengasyikan. Medan berat namun disuguhi pemandangan. Kami pun bercanda disepanjang perjalanan. Sesekali ngakak hingga lelah tak terasa.

Sekali lagi, pasukan Baznas bersama UPZ Polres singgah ngopi. Kami memilih lokasi spot indah di ketinggian. Duduk beralaskan rerumputan sambil menikmati kopi mantap…. hmmm… Alhamdulillah.

Tibalah saatnya berbagi. Kami mempersiapkan penyeran bantuan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Semuanya berbasis data. Data dari Kapolsek Tellu Limpoe Polres Bone, Ipda Kamaluddin, SH.

Warga telah menunggu dengan sabar. Mereka gembira. Mereka terharu menerima bantuan. Walau nilainya tidak banyak Nampu warga menerima dengnan rasa syukur.

Kami pun ikut gembira dan terharu melihat warga. Rasa lelah dan penat seolah hilang. Padahal kami baru saja menempuh jarak yang begitu jauh dengan medan yang sulit. Namun sebagai bentuk kepedulian Baznas dan UPZ Polres membuat warga sangat terharu. Bahkan ada yang serasa mimpi mendapatkan bantuan usaha. Beberapa jam setelah mendapatkan bantuan, penerima mendatangi bapak Bhabinkamtibmas untuk meyakinkan diri apakah betul bantuan itu?

Bantuan usaha produktif itu memang diberikan secara percuma tanpa pengembalian modal usaha. Mereka hanya diharapkan berusaha dengan baik agar bisa berkembang dan semoga bisa berinfaq agar bisa mendapatkan keberkahan.

***
Seharian bertugas, tibalah malam hari di villa yang dipersewakan oleh warga Tellu Limpoe. Salah seorang anggota perkumpulan Bugis Sedunia membawa kacang rebus yang sangat manis rasanya untuk kami makan sambil bercanda membahas betapa serunya perjalanan kami sepanjang hari dan juga rencana ke air terjun esok harinya.

Ada hal lucu diantara kami. Rencana untuk nginap di tenda yang kami bawa. Terjadi perbedaan pendapat antara pencinta alam garis keras yang ngotot tetap tidur di tenda walau cuaca sangat dingin dan hujan deras. Dan pencinta alam KW yang lebih memilih tidur di villa dengan kasur dan selimut tebal.

Hal lucu lainnya adalah beberapa diantara pasukan kemanusiaan yang menghindari tidur di villa karena irama tengah malam alias ngorok yang mereka khawatirkan divideo hehee…

Kebersamaan yang akan sulit terlupakan.
Tengah malam terbangun di jam yang biasanya mereka bangun sholat tahajjud, dilanjut sholat Shubuh berjamaah lalu sarapan layaknya anak pramuka.

Setelah itu, ke lokasi pembuatan gula merah Tellu Limpoe yang dapat dilihat langsung proses pembuatannya. Air tuak yang sangat manis rasanya di masak lumayan lama. Ternyata prosesnya butuh tenaga yang super membawa air tuak manis itu dari pegunungan ke dapur masak. Dipikul sendiri, lalu dimasak di ruangan yang penuh asap membuat mata menjadi perih. Kami tidak tahan beberapa menit saja di dalam dapur masak tersebut.

Kami mencoba langsung tuak manisnya yang memang sangat manisss rasanya. Jadi membayangkan diri berada di arena pertarungan pendekar 212 Wiro Sableng dan nenek Sinto Gendeng yang meminum tuak manis dengan memakai bambu.
Hasil gula merahnya berbentuk kotak yang warnanya cantik dan rasanya manis tak ada pahit sedikitpun.

Setelahnya kami ke air terjun yang indah, sejuk dan membuat badan menjadi segar. Pada bidadara bagai turun dari langit sebab pasukan Baznas bersama UPZ Polres memang rata – rata laki – laki baik hati hehee…

Hampir saja terlupa, betapa nikmatnya masakan warga Bonto Masunggu Tellu Limpoe. Aneka masakan yang uniq dan menggugah selera terhidang banyak untuk kami. Sebelum lapar, kami diharuskan makan lagi. Program diet jadi batal melihat sate jamur dengan bumbu kacang, sayur daun paku, pisang goreng saos uenakkk mantaappp dan berbagai masakan lainnya yang tidak boleh kami lewatkan untuk mencobanya.

Walau jalanan yang membuat tubuh pegal, tempat tersebut selalu memanggil untuk kembali karena keindahan alamnya, keramahan penduduk serta enaknya makanannya.

Semoga masyarakat yang telah dibantu oleh Baznas bisa mandiri, usaha semakin berkembang dan berkah.

Terakhir, terima kasih kepada Ketua Baznas Kab. Bone Drs. H. Zainal Abidin yang selalu mendukung kegiatan kami dan juga Kapolres Bone AKBP Try Handako Wijaya Putra, S.IK yang juga terus mendukung kegiatan Baznas dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Semoga sukses berkah selalu untuk kita semua.

Loading...

Pos terkait

Comment